Kursus Pengelolaan Pengetahuan bagi Organisasi Masyarakat Sipil
MENGAPA MENGELOLA PENGETAHUAN ?
Peralihan generasi dalam Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) acap kali mengakibatkan terputus dan tak terwariskannya pengetahuan milik oleh staf senior kepada penggantinya. Di sisi lain,keterbatasan sumber daya terkadang juga membatasi karir individu dalam organisasi sehingga mengakibatkan perputaran Sumber Daya manusia (SDM) di OMS menjadi tinggi yang berakibat langsung pada semakin sulitnya mempertahankan pengetahuan dalam organisasi.
Dengan melihat kecenderungan ke depan, OMS perlu mempersiapkan diri agar senantiasa memiliki cara untuk menutup jurang pengetahuan (Knowledge Gap) antar generasi, sekaligus tanggap terhadap berbagai perubahan yang terjadi diseputar lingkungannya.
Pengalaman beberapa OMS menunjukkan bahwa praktek pengelolaan pengetahuan (Knowledge Management) masih dipahami sebatas sarana penyimpanan data. Akibatnya muncul pemahaman bahwa Knowledge Management (KM) semata-mata alat simpan data organisasi, Padahal itu hanya bagian kecil dari fungsi KM.
Oleh karenanya untuk memastikan keberlangsungan kerja-kerjanya, OMS perlu membangun sistem pengelolaan pengetahuan. Tantangannya adalah memastikan keterlibatan seluruh sumber daya organisasi dalam proses, sehingga seluruh komponen organisasi memiliki titik berangkat yang sama dalam mengelola pengetahuan.
TUJUAN KURSUS :
1. Peserta memiliki pemahaman konsep-konsep dasar pengetahuan
2. Peserta mampu mengidentifikasi situasi, masalah dan tantangan pengelolaan pengetahuan di dalam organisasi maupun di komunitas
3.Peserta mampu mengintegrasikan rencana pengelolaan pengetahuan di organisasi maupun komunitas.
OUTPUT :
1.Peserta mengerti konsep dasar pengetahuan dan cara-cara menciptakan rintisan pengetahuan dalam organisasi
2.Peserta memiliki kemampuan melakukan analisa untuk menentukan rencana pengelolaan pengetahuan di masing-masing organisasi
3.Peserta mampu merancang sistem pengelolaan pengetahuan di organisasi dan komunitas
METODE PELATIHAN
Curah gagasan, diskusi, bermain peran, praktek simulasi, studi kasus, penugasan dan lain-lain
WAKTU DAN TEMPAT
Tanggal : 2-4 Juni 2014 (Tentative)
Tempat : Yayasan SATUNAMA-Yogyakarta
Waktu : 09.00 – 17.00 WIB
SASARAN PELATIHAN :
Kegiatan terbuka bagi staf para pengambil keputusan dalam organisasi
(Manajer program, CSR manager,Ketua Ormas dll )
FASILITATOR :
• Idaman Andarmosoko (Lead Fas)
• I.Gede Edy Purwaka (Co.Fas)
MATERI DAN JADWAL
Jadwal Materi
Hari 1 Review kerja OMS, Pengertian dasar tentang pengetahuan
Hari 2 Manajemen Pengetahuan dalam organisasi
Hari 3 Manajemen Pengetahuan di komunitas – Rencana tindak lanjut
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kontribusi pelatihan dan hal lain, silahkan kontak :
Tim PENGEMBANGAN KAPASITAS YAYASAN SATUNAMA
Jl. Sambisari No. 99 Duwet, Sendangadi, Mlati, Sleman, DI Yogyakarta, INDONESIA
Phone : +62 274 867745 ext. 500
Fax : +62 274 869044
Contact Person :
Sana Ullaeli : sana@satunama.org (0857 4234 0243)
Eny Setyaningsih : esetya@satunama.org
Pelatihan lain yang diselenggarakan Satunama : Pelatihan Pengembangan Masyarakat
Pendidikan Kritis untuk Pemula
– Seri Pendidikan Kewarganegaraan –
“Kebodohan dan ketidakberdayaan orang miskin, termasuk di dalamnya perempuan, berakar dari struktur sosial yang menentukan terjadinya kesenjangan. Obatnya adalah perubahan sosial, pendidikan menjadi syaratnya. Pendidikan yang memungkinkan rakyat mewakili dirinya, menentukan perannya, serta mengembangkan kapasitasnya untuk terlibat secara kritis, rasional, dan demokratis dalam kehidupan publik.” — Freire
A. LATAR BELAKANG
Perhelatan akbar panggung demokrasi yang digelar pada tahun ini, yaitu Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden menjadi penanda bagi berjalannya demokrasi. Namun, Pemilu bukan satu-satunya penanda. Jalan menuju terbentuknya pemerintah yang demokratis: bertanggung jawab, transparan, tidak korup, dan adil, masih terbentang panjang untuk ditapaki oleh seluruh komponen negara-bangsa Indonesia. Anak muda sebagai elemen masyarakat sipil berjumlah cukup bersar: 53 juta jiwa atau hampir seperempat dari total jumlah penduduk. Semestinya mereka tidak hanya berhenti sebagai penyumbang suara Pemilu saja, tetapi juga menjadi penentu jalannya parlemen dan pemerintahan yang berorientasi pada rakyat. Namun, ancaman dan realitas globalisasi yang mengambil alih kontrol pembangunan nasional hingga di luar jangkauan pemerintah, bahkan negara bangsa, justru meminggirkan warga negara mayoritas: anak muda, perempuan, masyarakat miskin dan marginal. Realitas sosial tersebut bisa direspon secara sistemik, salah satunya dengan memperkuat kesadaran dan visi kolektif tentang kewarganegaraan, terutama bagi anak muda. Anak muda sebagai bagian dari entitas warga negara yang terpinggirkan mempunyai peluang, kekuatan, dan posisi paling strategis. Tetapi tidak sembarang Anak Muda bisa mengubah potensi itu menjadi kekuatan nyata. Hanya anak muda yang mampu melihat dan menyikapi segala persoalan kemiskinan, ketidakadilan, hegemoni, dan dominasi sebagai sistem sosial yang harus dijawab dengan sistem, tatanan ataupun norma sosial yang terstruktur lah yang mampu melakukannya. Merekalah yang mampu menggerakkan perubahan sosial dengan dasar-dasar faktual dan prinsip-prinsip keberpihakan riil. Di sisi lain, kewarganegaraan bukanlah hal yang lahir secara alamiah untuk merespon semakin terbukanya ruang publik dan ruang politik. Kewarganegaraan juga bukan hanya sebatas memberikan suara ketika Pemilu berlangsung, atau memlilih pemerintah dan menggunakan sistemnya. Kewarganegaraan adalah melibatkan warga negara dalam pembuatan dan penyusunan sistem dan aturan.1 Kewarganegaraan adalah proses politik yang sangat panjang. Di dalamnya dibangun kesadaran kritis yang mampu memberdayakan dirinya sendiri, kesadaran kolektif tentang pengorganisasian yang mengakar, dan kesadaran politis tentang penentuan posisi dan keberpihakan. Maka, kesadaran kritis tidak bisa dipisahkan dalam kerja-kerja perubahan sosial. Oleh karena itu, membangun kesadaran kritis di kalangan Anak Muda menjadi salah satu kunci untuk perubahan sosial dan memajukan kewarganegaraan. 1 Pertalian Baru atas Kekuasaan, Rakyat & Politik, hlm.30, GP 2002
B TUJUAN & HASIL
Secara umum, pelatihan ini bertujuan untuk membangun pemahaman dan kesadaran kritis peserta tentang peran dan posisi anak muda sebagai warga negara yang mempunyai tanggungjawab memajukan kewarganegaraan dalam kerangka perubahan sosial. Dan, secara khusus bertujuan untuk membangun kesadaran kritis peserta sebagai warga negara dalam:
1. Melihat, membaca, dan mensikapi persoalan ketidakdilan;
2. Mempertanyakan berbagai nilai, peraturan, pandangan, kebijakan yang ada di sekeliling mereka;
3. Memahami pertalian sistem dan struktur sosial, ekonomi, politik dan budaya;
4. Menemukan kesadaran baru tentang strategi perubahan sosial yang relevan dan kontekstual;
5. Mempunyai kepercayaan diri dalam berposisi.
C MATERI & METODE
Pelatihan ini menggunakan pendekatan Pembelajaran Orang Dewasa dan dikemas dalam berbagai metode:
presentasi, diskusi, sandiwara (role play), membaca, permainan, dan simulasi.
Materi pelatihan mencakup:
1. Hak Asasi Manusia
2. Globalisasi
3. Demokrasi dan Kewarganegaraan
4. Analisis Sosial
5. Pengorganisasian
D FASILITATOR
Pelatihan dipandu oleh fasilitator dan narasumber berpengalaman sebagai pegiat Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) ataupun Organisasi Rakyat.
E KUALIFIKASI PESERTA
Pelatihan ini dirancang secara khusus untuk anak muda yang berminat terhadap isu pengembangan masyarakat atau perubahan sosial. Setiap organisasi undangan diharapkan mengirimkan anggotanya paling banyak 4 orang.
Syarat-syarat mengikuti pelatihan:
1. Mengisi Formulir Pendaftaran Pelatihan dengan lengkap dan mengirimnya kepada Penyelenggara
sebelum tenggat pendaftaran. Formulir dapat diunduh di www.pelatihan.satunama.org.
2. Bersedia mengikuti seluruh proses pelatihan.
3. Bersedia menaati aturan pelatihan yang berlaku di Balai Latihan SATUNAMA.
F KONTRIBUSI & FASILITAS PELATIHAN
Calon Peserta diharapkan berkontribusi dalam bentuk tulisan yang akan diserahkan pada hari terakhir pelatihan. Keterangan mengenai bentuk dan tema tulisan akan dijelaskan pada saat pelatihan. Fasilitas pelatihan mencakup:
1. Lokasi pelatihan yang nyaman, aman dan mendukung suasana belajar
2. Ruang kelas yang nyaman dan peralatan yang lengkap
3. Fasilitas umum pelatihan: obat-obatan P3K, alat-alat rekreasi (tenis meja, alat musik)
4. Snack 1x selama pelatihan
5. Sertifikat
Peserta diharapkan menanggung ongkos perjalanan, biaya kesehatan, dan pengeluaran pribadi masingmasing
selama pelatihan.
G WAKTU & TEMPAT
PENDAFTARAN Dilakukan dengan cara mengisi dan mengirim Formulir Pendaftaran Pelatihan,
terlampir bersama Kerangka Acuan ini.
KONTRIBUSI Penyerahan tulisan dilakukan bersama pengiriman formulir pendaftaran
Pelatihan akan berlangsung selama 2(dua) hari
H PENYELENGGARA
Pelatihan ini diselenggarakan oleh Unit Pengembangan Kapasitas Yayasan SATUNAMA Yogyakarta, unit yang menyediakan layanan beragam topik pelatihan di Balai Latihan SATUNAMA.
Silakan menghubungi alamat-alamat berikut untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut:
Alamat Pos Wisma Lotta – Kompleks SATUNAMA, Jalan Sambisari No. 99 Duwet,
Sendangadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta 55285
Nomor Telepon : (0274) 867745, 867746, 867747 ext. 500
Nomor Faksimili : (0274) 869044
Surat Elektronik : training@satunama.org
Situs Web : www.pelatihan.satunama.org
Kontak Sana Ullaili : (0857 4234 0243)/ sana@satunama.org| Eny Setyaningsih (0813 1057 0392)/ esetya@satunama.org
Lihat juga pelatihan lain yang diselenggarakan Yayasan SATUNAMA :
Methodius Kusumahadi
Berpengalaman dalam memberikan konsultasi dan fasilitasi bagi perencanaan program dan keuangan bagi LSM lokal maupun internasional.
Bapak Methodius saat ini adalah Ketua Dewan Pembina SATUNAMA. Beliau menyelesaikan Post Graduate Program dalam Cooperative Management di Loughborough University Of Technology, Leicester, Midland, UK tahun 1987.
Adapun pengalaman kerja Beliau adalah :
• Berpengalaman selama 40 tahun sebagai aktivis dan memimpin organisasi: 12 tahun memimpin Pusat Pembinaan Usaha Bersama, salah satu unit pendampingan masyarakat LSM Bina Swadaya dengan 35 PL dan 125 kader Kecamatan.
• Kepala Perwakilan USC-Canada di Indonesia selama 16 tahun.
• Menjadi Pengurus Bina Desa selama 10 tahun.
• Memproses pendirian dan menjadi Pengurus Yappika selama 10 tahun.
• Mendirikan dan memimpin SATUNAMA-YOGYAKARTA selama 10 tahun.
• Memimpin KARINAKAS sejak 2009 hingga Desember 2012. Konsultan untuk berbagai Departemen (BKKBN, PU, Koperasi, Transmigrasi) dan Lembaga Internasional (21 lembaga) maupun Lembaga Nasional (142 NGOs).
Pengalaman Fasilitasi dan Narasumber :
• Dalam dua tahun terakhir Pak Meth juga memfasilitasi RIPU (Rencana Induk Pengembangan Universitas) Universitas AtmaJaya Yogyakarta Tahun 2013-2037,
• Memfasilitasi Proyek RAM-IPB di Institute Pertanian Bogor, untuk Tahun Fiskal 2013-2018.
• Memfasilitasi Rencana Jangka Panjang Pembangunan Infrastruktur Transportasi Darat, Laut-Sungai dan Danau serta Udara, Propinsi Papua dan Propinsi Papua Barat
• Memfasilitasi Penyusunan Rencana Strategis Dinas Kehutanan Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur Tahun 2012 – 2016.
• Memfasilitasi Rencana Strategi Pengembangan Rumah Sakit P.T. Patar Asih di Lubuk Pakam, Sumatera Utara.
• Memfasilitasi Strategic Planning Rumah Sakit Caritas Timika, Papua Tahun 2014-2018.
Budi Susilo
SUMMARY OF QUALIFICATION
Development, implementation and evaluation of program/project :
Designing and developing program/project plans, Data collecting, Data Analysis, Preparation of program/project feasibility studies, Proposal writing ,Programs/projects implementing, Conducting program/project implementing
Training module development and facilitation :
Module development for community development, Community organizing, Community plan and action, Participatory budgeting, Module development for democratic education, Civic education for NGO and students (social analysis, democratic citizenship, good governance and policy advocacy), Good governance for formal and informal leader in local level (sub district and village level), The active training and the adult learning for facilitation methods, Organizing training based on the needs assessment of partner institution.
Organizational Management :
Organizational assessment and development, Planning for the non profit organization, Job evaluation, Budget plan and program/project monitoring expenditure.
THE INFORMATION FOR THE TRAINING FACILITATION
• Since 1999 – current: Facilitator of Education Democratic for Citizenship (democracy issues : conflict resolution, social analysis, participatory planning – evaluation, good governance and public accountability).
• Co Facilitator (with Dr. Elisabeth Schule from DIFAM/Brot fur die Welt – BfdW Germany): “Participatory Learning Action and Pastoral Counselling in Jayapura and Wamena – Papua”. The project collaborated with Yayasan Pengembangan Kesehatan Masyarakat – Papua (26 October – 8 November 2013).
• Facilitator : “Community Empowerment for Four Organizations of HIV-AIDS in Kepulauan Riau Province” supported by USAID (2 – 15 September 2013).
• Facilitator : “Pelatihan untuk Kepemimpinan Komunitas Berkesinambungan” supported by Sungkonghoe University and KOICA (Korea International Cooperation Agency) in Yogyakarta 1 – 4 April 2013.
• Team Leader for “Scalling up for Most At Risk Papulations : Organizational Perfomance (SUM II)” support by USAID (November 2011 – November 2012).
• Facilitator for “Lokakarya Indeks Masyarakat Sipil di Palu (Sulawesi Tengah)” collaboration with WVI Palu – Indonesia ( 7 – 9 September 2012).
• Steering committee and co facilitator for “ Lokakarya Indeks Masyarakat Sipil dan Indeks Masyarakat Islam Yang Sebenar-benarnya” organized by Pengurus Pusat Muhammadiyah and Civil Islamic Institute (4 – 8 August 2009)
• Facilitator for “ Civic Education for Future Indonesian Leaders – basic level in Pontianak (Kalimantan Barat)”, organized by SATUNAMA and forum alumni CEFIL in the Province of Kalimantan Barat (July 27 – August 1, 2009)
• Facilitator for “ Workshop Pembangunan Aceh Berkelanjutan”, organized by Asosiasi DPRD Kota Seluruh Indonesia (ADEKSI) Aceh and Konrad Adenauer Stifftung (KAS) – Jakarta (July 14 – 15, 2009)
• Co facilitator for “Training of Facilitator Civic Education for Future Indonesian Leaders – basic level” , organized by SATUNAMA. (June 3 – 6, 2009)
• Steering committee and lead facilitator for “ Civic Education for Future Indonesian Leaders – basic level”, organized by SATUNAMA (May 25 – 30, 2009)
• Facilitator for “ Pengawasan Anggaran Pendidikan di Kabupaten Manokwari – Irian Papua Barat ”, collaboration SATUNAMA, OXFAM Australia and Jaringan Sosial Pengawasan Lingkungan – Manokwari, Papua Barat (January – April 2008).
• Co facilitator for “Training on The Procurement Watch” organized by SATUNAMA – collaboration with GTZ-SfGG, German. (October 11 – 16, 2005)
• Facilitator for “Good Governance and Analysis Village Budgeting” organized by Forum Lurah (The Head of Village Forum) “Bodronoyo” Kabupaten Kulon Progo – Yogyakarta (September 19 – 24, 2005) :
• Facilitator for “Leadership Training for Rural Leaders in Ambon Island” in Ambon, Maluku; collaboration with LAKPESDAM-NU Maluku (February 17 – 22, 2003).
• Facilitator “Democratization in Autonomy Perspective” for Parliament Village (BPD-Badan Perwakilan Desa) in Sleman District (2001 – 2002).
• Facilitator for “Civic Education : Human Rights, Democracy and Social Analysis” in Timor Leste supported by USC Canada – Canada (1999 – 2001).
I Gede Edy Purwaka
Key Qualifications:
• Over five years of experience in program management and program development for Non Profit Organization.
• Familiar with tool for project monitoring, project management (LFA, RBM) and other development program in general.
• Familiar with alternative approaches and developing popular media to deliver good moral values target group (children)
• Developing Knowledge Management Strategy for not for profit organization
Education:
ASIAN INSTITUTE OF MANAGEMENT, Center for Development Managemen Makati, Philippines, Master in Development Management, December 2011
SANATA DHARMA University, Yogyakarta, Indonesia, Bachelor of Education in Economic Cooperative, 2004
Memaknai Kewarganegaraan Menembus Kebuntuan
SATUNAMA, Yogyakarta. Menjabat direktur dan manajer di suatu organisasi bukan berarti berhenti belajar. Pelatihan, sebagai salah satu cara belajar, justru menjadi ruang refleksi dan berbagi untuk menguatkan organisasi. Itulah yang terjadi akhir Januari 2014 lalu di Balai Latihan SATUNAMA: 28 orang dari 18 organisasi ‘menduduki’ Kelas Besar Kompleks SATUNAMA. Mereka adalah organisasi-organisasi mitra kerja HIV Cooperation Programme for Indonesia (HCPI) – sebuah proyek dukungan yang didanai oleh Departemen Luar Negeri dan Perdagangan bersama Australian Aid (AUSAID) – terutama untuk kelompok pengguna narkoba suntik (penasun).
Pelatihan bertajuk “Pendidikan Kewarganegaraan untuk Pimpinan Organisasi Masyarakat Sipil” ini secara khusus dirancang untuk organisasi-organisasi mitra HCPI, mengadopsi model Pendidikan Kewarganegaraan yang selama ini dilakukan SATUNAMA. Agar betul-betul menjawab kebutuhan, sejak September 2013, rancangan pelatihan disiapkan dengan diskusi bersama Venus Eleonora, National Technical Officer – Injecting Drug Users HCPI, maupun dengan training need assessment yang melibatkan seluruh calon peserta.
Pelatihan ini dimaksudkan untuk menjawab kegelisahan para mitra HCPI mengenai masa depan mereka, terutama terkait dengan keberlangsungan organisasi mereka, khususnya dalam pendanaan berhubung HCPI akan mengakhiri karyanya di Indonesia pada tahun 2015. Mereka menyadari bahwa sebagian besar sumber dana mereka (sekitar 70%) berasal dari dana internasional, terutama bantuan HCPI. Berhentinya kehadiran HCPI di Indonesia tentu sangat mempengaruhi pendanaan mereka. Oleh karena itu, mereka merasa bahwa untuk menutup dana yang sekarang diberikan oleh HCPI, mereka harus mendapatkannya dari lembaga-lembaga dana Internasional yang lain.
Namun, mereka menyadari tidak mempunyai kemampuan yang memadai untuk mengakses dana tersebut. Apalagi mereka juga melihat bahwa ketersediaan dana tersebut sangat erat terkait dengan sistem dan struktur ekonomi dan politik internasional. Maka untuk dapat membaca keberadaan dana tersebut, mereka perlu mempunyai kemampuan untuk membaca perkembangan situasi politik dan ekonomi dunia, sehingga mereka dapat mengidentifikasi tempat sumber dana yang dapat diakses. Selanjutnya, untuk dapat mengakses dana yang tersedia, mereka pun juga tahu bahwa mereka harus mempunyai daya tawar yang memadai berdasarkan kapasitas lembaga mereka.
Wujudnya, selama tujuh hari para peserta diajak untuk berziarah mulai dari lingkup terkecil – diri sendiri – hingga lingkup global. Dipandu oleh Dr. P. Hardono Hadi, fasilitator senior Balai, penziarahan itu dituangkan dalam topik-topik Refleksi Komitmen Kebangsaan, Analisis Diri, Analisis Sosial, Analisis Program, Analisis Kekuasaan, Manajemen Pengembangan Organisasi, Lobby dan Negosiasi, dan Refleksi Kemanusiaan. Pelatihan menghadirkan Dr. Emanuel Subangun (Alocita), Budi Susilo (Pimpinan SATUNAMA), dan Y. Dian Indraswari (Filantropi Indonesia) sebagai narasumber.
Alhasil, dengan bernas salah seorang peserta mengungkapkan, “Dengan pelatihan Civic Education for Civil Society Organization Leaders secara umum mengingatkan kembali arti kewarganegaraan, bahwa apapun yang kita lakukan untuk kerja kemanusiaan adalah wujud tanggungjawab kita sebagai warga negara dan sebuah gerakan sosial.”
Eny Setyaningsih